Selasa, 01 April 2014
SEJARAH PEMBENTUKAN PASKIBRAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di Jalan Pegangsang Timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi, Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh dua orang muda mudi dan dipimpin oleh Bapak Latifef Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian disebut Bendera Pusaka..
Menjelang peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 2, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu bapak Mayor (L) Hussein Mutahar dan memberikan tugas untuk mempersiapkan dan memimpin Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itu, Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putrid dan 2 orang putra perwakilan daerah yang ada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tersebut. Salah satu pengibar tersebut adalah Titik Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatra Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Detik detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1947, 17 Agustus 1948, dan tanggal 17 Agustus 1949 di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. Pada tanggal 28 Desember 1949 Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk mengaku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat, dan pada saat itulah Bendera Sang Saka Merah Putih juga dibawa ke Jakarta.
Untuk pertama kali peringatan hari Proklamasi Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang Tujuh Belas. Regu regu pengibar dari tahun 1950 1966 dibentuk dan diatur oleh rumah tangga kepresidenan.
Percobaan Pembentukan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan Pasukan Pertama Tahun 1968
Tahun 1967, Bapak Hussein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno untuk menangani lagi Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
Kelompok 17/Pengiring (Pemandu)
Kelompok 8/ Pembawa
Kelompok 45/Pengawal
Ini merupakan symbol/gambaran dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran Bendera Pusaka dan dengan Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) sebagai pasukan 45.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusanya sehingga masih harus ditambahkan oleh eks anggota pasukan tahun 1967.
Tahun 1969, karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi dikibarkan di tiang Tujuh Belas Istana Merdeka, telah tersedia bendera Merah Putih dari bahan bendera (wool) yang dijahit 3 potong memanjang kain Merah dan 3 potong memangjang kain Putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah idealnya terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya berasal dari cat celup asli Indonesia.
Selasa, 25 Februari 2014
Sejarah Purna Paskibraka Indonesia
Pada
tahun 1975, sejumlah alumni (purna) Paskibraka tingkat nasional
berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni. Kemudian mereka
menyampaikan keinginan tersebut kepada para pembina di Jakarta. Pembina
menawarkan sebuah nama, Reka Purna Paskibraka (RPP), yang berarti
persahabatan pada alumni Paskibraka. Kemudian digodok lagi menjadi Purna
Eka Paskibraka (PEP), yang berarti wadah berhimpun dan pengabdian para
alumni Paskibraka. PEP DIY resmi dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober 1976
Para
alumni di Jakarta meneruskan gagasan pendirian RPP, dan di Bandung
berdiri pula Eka Purna Paskibraka (EPP). Ketiga organisasi hanya
terkoordinasi dibawah bidang binmud kanwil depdikbud dan belum membentuk
forum komunikasi di tingkat pusat. Tahun 1980, Direkorat Pembinaan
Generasi Muda (PGM) berinisiatif mendayagunakan potensi alumni berbagai
program termasuk program pertukaran pemuda Indonesia Kanada dan SSEAYP
(Kapal Pemuda Asean Jepang). Organisasi itu bernama Purna Caraka Muda
Indonesia (PCMI). Selain Jakarta, Bandung, dan Jogya, seluruh Purna
Paskibraka digabungkan ke dalam PCMI sampai dengan tahun 1985.
Sesuai
dengan SK Dirjen Diklusepora No.Kep.091/E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985,
alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda dipisahkan. Kemudian ditetapkan
bahwa PPI adalah organisasi binaan yang bersifat regional dan
provinsial, yang berarti organisasi PPI ada di tiap provinsi.
Purna
Paskibraka Indonesia didirikan tanggal 21 Desember 1989 di Cipayung
Bogor melalui Musyawarah Nasional I Purna Paskibraka Indonesia adalah
Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
Purna Paskibraka Indonesia mempunyai tujuan :
1. Menghimpun
dan membina para anggota agar menjadi warga Negara Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila,
setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi
Pandu Ibu Pertiwi.
2. Mengamalkan dan mengamankan Pancasila.
3. Membina
watak, kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan meningkatkan
rasa persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan, mewujudkan
kerjasama yang utuh serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan negara,
memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis, serta kesadaran
nasional di kalangan para anggota dan keluarganya.
4. Membentuk
manusia Indonesia yang memiliki ketahanan mental (tangguh), cukup
pengetahuan dan kemahiran teknis untuk dapat melaksanakan pekerjaannnya
(tanggap ) serta daya tahan fisik / jasmani (tangkas).
Purna Paskibraka Indonesia mempunyai fungsi :
1. Pendorong
dan pemrakarsa pembaharuan dengan menyelenggarakan kegiatan yang
konstruktif sehingga dapat menjadi pelopor untuk kemajuan bangsa dan
Negara.
2. Wadah
pembinaan dan pengembangan potensi anggota sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengurus Purna Paskibraka Indonesia disusun secara vertikal dengan urutan, yaitu :
1. Pengurus Pusat berkedudukan di Ibukota Negara RI
2. Pengurus Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi
3. Pengurus Kabupaten/Kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten / Kota.
Lambang
Purna Paskibraka Indonesia adalah bunga teratai yang dilingkari rantai
berbentuk bulatan dan segi empat berjumlah 16 pasang. Makna dari lambang tersebut adalah:
1. Lambang
berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di
atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan
pemudi yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
2. Bunga
teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga),
bermakna belajar, bekerja, dan berbakti. Bunga teratai berkelopak 3
(tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air. Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air. Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
Langganan:
Postingan (Atom)